Selamat Datang Di Blog Saya

Jumat, 14 Februari 2020

Coklat valentine tidaklah romantis

Peringatan Hari Kasih Sayang yang jatuh setiap tanggal 14 Februari ini, diyakini banyak orang sebagai waktu yang tepat untuk menyatakan cinta.


Setiap tahunnya di tanggal 14 Fabruari, sebagian masyarakat dunia merayakan Hari Valentine, yang disebut-sebut sebagai hari kasih sayang. Banyak orang saling bertukar hadiah dan coklat. Ada juga yang memberi bunga mawar merah, boneka teddy bear, atau hal-hal simbolis lainnya sebagai perwakilan kasih sayang kepada orang yang dikasihinya. Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ternyata belum bisa terbebas dari penyakit remaja yaitu kecanduan atau ikut-ikutan merayakan Hari Valentine.

Tanggal 14 februari merupakan hari perayaan terhadap dihukum matinya seorang pahlawan kristen yaitu: Santo Valentine, kejadian ini terjadi tepat pada tanggal 14 februari 270 M.

Valentine day's adalah sebuah dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta, saling mengirimkan pesan cinta dan hadiah-hadiah antara satu sama lain, yaitu hari dimana santo valentine mati sebagai seorang pahlawan yang teguh mempertahankan keyakinannya.


Sejarah hari Valentine

Hari raya ini adalah salah satu hari raya bangsa Romawi Paganis (yang menyembah berhala), bangsa romawi telah menyembah berhala semenjak 17 abad silam. Jadi hari raya valentine ini adalah merupakan sebutan kepada kecintaan terhadap sesembahan mereka. Tentang sejarah valentine ini ada banyak versi yang menyebutkan, tetapi dari sekian banyak versi menyimpulkan bahwa hari valentine tidak memiliki latar belakang yang jelas sama sekali.

Perayaan ini telah ada semenjak abad ke-4 SM, yang diadakan pada tanggal 15 februari, perayaan yang bertujuan untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya.

Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggallah seorang pendeta kristen yang juga dikenal sebagai tabib (dokter) yang dermawan yang bernama Valentine. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya. Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya. St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.

Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.

Sejak kematian Valentine (14 februari), kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan. Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.

Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days". Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.

Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Agar tidak kelihatan formal, peringatan ini dibungkus dengan hiburan atau pesta-pesta.


Pada abad ke-17, perayaan Hari Valentine menjadi tradisi umum di seluruh dunia. Selain kartu ucapan dan surat, tradisi tukar-menukar hadiah pun dimulai. Di awal 1700-an, Charles II dari Swedia mengenalkan kepada Eropa sebuah seni Persia yang disebut “bahasa bunga”. Lewat kiriman bunga, kita bisa mengekspresikan pesan-pesan tersembunyi.

Dalam The Lovers Book, Kate Gribble menulis bahwa mengekspresikan cinta di kartu Valentine kali pertama dilakukan pada abad ke-15 oleh Charles, duke dari Orleans. Setelah penangkapannya saat Perang Agnicourt tahun 1415, dia diasingkan di Inggris sampai 1440. Selama itu dia menulis surat cinta dan puisi kasih sayang untuk istrinya, Bonne dari Armagnac yang tinggal di Prancis. Enampuluh surat itu utuh tersimpan di British Library, London.

“Di Amerika, kartu Valentine kali pertama diproduksi secara massal awal 1850-an. Kartu ini merupakan hasil ciptaan seorang sarjana bernama Esther Howland,” tulis Kate Gribble.

Agar Hari Valentine semakin berkesan, biasanya orang-orang akan memberikan hadiah spesial untuk pasangannya. Mulai dari cokelat, bunga atau sekadar kartu ucapan romantis.


Sebenarnya, kehadiran coklat sebagai hadiah Hari Valentine sudah terjadi sejak zaman dahulu. Dulu camilan bercita rasa manis ini selalu dikaitkan dengan rasa cinta.

Di masa Aztec, Kaisar Montezuma diketahui selalu menggunakan coklat yang terbuat dari biji kakao dalam setiap pagelaran acara bernuansa romantis.

Kaisar Montezuma percaya bahwa coklat dapat membangkitkan rasa cinta seseorang, yang mengikuti acara tersebut.

Kemudian, di era Victoria di Inggris sekitar tahun 1800-an, coklat dipercaya mempunyai hubungan dengan rasa cinta dan rayuan.

Bahkan banyak pria meyakini bahwa coklat sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan cinta pada seseorang. Mereka percaya, coklat bisa membuat hati wanita luluh dan mau menerima perasaan cinta pria.

Di negara-negara mayoritas beragama Islam, para pemuka agama melarang perayaan Hari Valentine. Alasannya, selain merujuk pemuka agama Santo Valentine, perayaan Valentine dianggap bukan lagi sebagai hari kasih saying tapi hura-hura yang dibumbui pergaulan bebas. Namun muda-mudi tetap saja merayakannya, sampai sekarang.


Banyak alasan mengapa umat Islam dilarang untuk merayakan Hari Valentine. Namun sayang sekali, remaja seakan apatis menerima alasan-alasan tersebut. Fenomena perayaan Hari Valentine pun masih dan masih saja bermuara pada hal-hal yang malah merusak moral, misalnya remaja yang bukan mahrom melakukan dating, saling berpelukan, dan bahkan berciuman sebagai perwujudan kasih sayang.

Cinta pada saat hari valentine selalu dimaknai dengan tukaran coklat atau hadiah lainnya. Coklat dianggap sebagai lambang keseriusan dan ketulusan cinta. Cinta yang maknanya teramat besar hanya diwakili oleh sepotong coklat. Zat adiktif meningkatkan rasa suka kepada lawan jenis. Inilah alasannya mengapa coklat cepat laku di hari Valentine.

Coklat memang halal dimakan tetapi makan coklat secara berlebihan bisa mengganggu kesehatan. Apalagi kalau ditambah pita bertuliskan "be my valentine" (jadi lah Tuhanku, merujuk pada festival pagan Romawi Kuno, Lupercalia) bisa mencederai aqidah seorang Muslim.

Selain coklat, ternyata angka penjualan kondom dan seks bebas meningkat tajam.
Di Amerika setiap menjelang hari valentine negara Paman Sam itu dikenal dengan "festival" National Condom Week (Pekan Kondom Nasional). Pekan ini dirayakan dengan pesta seks yang tentunya merugikan kehormatan pemuda dan pemudi di sana.

Survey yang dilakukan oleh Christine Mark ditemukan bahwa 85% pelaku hari valentine menganggap bahwa Seks adalah sesuatu yang wajib dilaksanankan pada hari valentine. Na'udzubillahi min dzalik.
Di Indonesia juga terdapat fakta angka seks bebas melijit di hari valentine.

Angka penjualan kondom meningkat tajam di hari Valentine. Padahal kondom hanya boleh dipergunakan untuk kalangan suami istri dalam rangka pengaturan jarak kelahiran. Sangat disayangkan kondom digunakan untuk kepentingan lain pada momen Valentine.

Dan perlu diperhatikan bahwa meskipun Islam sangat menggalakkan umatnya supaya berkasih sayang antara satu sama lain, tetapi untuk menunjukkan kasih sayang antara seorang lelaki dan seorang perempuan perlu melalui saluran yang dibenarkan oleh syara dan bukanlah sesuatu yang merujuk kepada perkara yang mendorong atau meransang kepada  maksiat.

Berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur'an dan As-Sunnah, para pendahulu umat sepakat menyatakan bahwa hari raya dalam Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fithri dan Idul Adha, selain itu, semua hari raya yang berkaitan dengan seseorang, kelompok, peristiwa atau lainnya adalah bidah, kaum muslimin tidak boleh melakukannya, mengakuinya, menampakkan kegembiraan karenanya dan membantu terselenggaranya, karena perbuatan ini merupakan perbuatan yang melanggar batas-batas Allah, sehingga dengan begitu pelakunya berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri.

Jika hari raya itu merupakan simbol orang-orang kafir, maka ini merupakan dosa lainnya, karena dengan begitu berarti telah ber-tasyabbuh (menyerupai) mereka di samping merupakan keloyalan terhadap mereka, padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah melarang kaum mukminin ber-tasyabbuh dengan mereka dan loyal terhadap mereka di dalam Kitab-Nya yang mulia, dan telah diriwayatkan secara pasti dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk golongan mereka.”

Hari Valentine termasuk jenis yang disebutkan tadi, karena merupakan hari raya Nasrani, maka seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak boleh melakukannya, mengakuinya atau ikut mengucapkan selamat, bahkan seharusnya meninggalkannya dan menjauhinya sebagai sikap taat terhadap Allah dan Rasul-Nya serta untuk menjauhi sebab-sebab yang bisa menimbulkan kemurkaan Allah dan siksa-Nya.

Lain dari itu, diharamkan atas setiap muslim untuk membantu penyelenggaraan hari raya tersebut dan hari raya lainnya yang diharamkan, baik itu berupa makanan, minuman, penjualan, pembelian, produk, hadiah, surat, iklan dan sebagainya, karena semua ini termasuk tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan serta maksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya, sementara Allah swt telah berfirman:
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al-Ma'idah: 2]

Beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam pun telah menyikapi perayaan hari valentine, khususnya oleh lembaga fatwa resmi mereka. Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Johor, Malaysia, mengeluarkan fatwa tentang perayaan Hari Valentine pada 2005. Secara tegas, Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Johor melarang umat Islam ikut merayakan valentine.

Perayaan valentine tidak pernah dianjurkan dalam Islam. Selain itu, bunyi fatwa tersebut menyebut perayaan valentine erat kaitannya dengan unsur dari agama lain. Selain itu, kerap dalam perayaannya bercampur dengan perbuatan maksiat yang dilarang dalam Islam.

Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Johor mendasarkan fatwanya pada beberapa alasan. Pertama Islam sangat menitikberatkan soal kasih sayang setiap hari. Kemudian Islam menolak konsep kasih sayang yang terkandung dalam perayan Hari Valentine karena unsur-unsur ritual keagamaan yang diamalkannya berseberangan dengan akidah Islam. Sebagian remaja Islam yang ikut meramaikan valentine kadang terjerumus dengan perbuatan maksiat, seperti berduaan dengan lawan jenis atau terjadinya zina.

Lembaga Pusat Fatwa dan Riset Ilmiah Kerajaan Arab Saudi juga berpendapat sama. Menurut lembaga fatwa  resmi Kerajaan Arab Saudi ini, dalam Islam hanya dikenal dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.

Perayaan selain dua hari raya ini, baik berhubungan dengan seseorang, golongan, peristiwa, maupun momen-momen tertentu lainnya adalah perayaan tidak berdasar dalam Islam. Lembaga Fatwa yang saat itu dipimpin Syekh Abdul Aziz bin Abdillah Alu itu menyerukan agar pemeluk agama Islam tidak boleh mengadakan, ikut mendukung, turut bergembira, atau memberikan bantuan perayaan hari valentine.

Allah SWT berfirman, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (QS al-Maidah [5] :2).

Lembaga Fatwa Arab Saudi berpendapat, valentine termasuk perayaan umat agama lain. Karena itu, umat Islam harus hati-hati agar tidak latah mengikuti perayaan yang bukan dari agamanya. Rasulullah bersabda, "Barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka."

Di Iran, setiap menjelang perayaan Hari Valentine, beberapa percetakan diboikot agar tak mencetak kartu ucapan dan toko-toko yang menjual properti perayaannya juga ditutup. Hal ini diputuskan oleh pemerintah Iran untuk meminimalisir perayaan Hari Valentine karena mereka percaya banyak dampak yang terjadi setelah remaja Iran merayakannya. Bahkan tak sedikit remaja yang tergiur dengan seks bebas pada momen tersebut.

Beberapa MUI daerah sudah mengeluarkan fatwa soal perayaan Hari Valentine. Salah satunya MUI Kota Bogor yang mengeluarkan fatwa soal valentine pada 2012. MUI Kota Bogor mengimbau agar umat Islam tidak ikut dalam perayaan Hari Valentine yang merupakan tradisi dan budaya agama lain.

MUI Kota Bogor juga melarang umat Islam untuk menyemarakkannya dengan mengirimkan SMS, kartu ucapan selamat, mencetak, menjualnya, dan mensponsori acara-acara tersebut karena termasuk tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maksiat. MUI Kota Bogor melihat kalangan remaja yang mengikuti perayaan hari valentine sering terjerumus dalam pergaulan bebas (khalwat dan ikhtilath) yang termasuk dalam larangan mendekati zina. Maka tindakan saddu dzari' (istilah ushul fikih) wajib dilakukan, yakni menutup segala peluang dan pintu-pintu maksiat serta yang mendekatkan pada perbuatan zina.

MUI Jawa Timur (Jatim) menyarankan umat Islam yang berada di daerahnya tidak merayakan hari Valentine. Sekretaris Umum MUI Jatim Ainul Yaqin mengatakan haram hukumnya umat Islam merayakan hari Valentine.

Ainul mengatakan fatwa haram merayakan hari Valentine itu tertuang dalam fatwa MUI Jatim Nomor: Kep.03/SKF.MUI/JTM/I/2017 tentang Hukum Merayakan Hari Valentine Bagi Orang Islam.

“Di sana (fatwa) disebutkan bahwa umat Islam haram mengikuti merayakan hari Valentine. Isi fatwanya seperti itu,” ujar Ainul Yaqin.

Ainul menyebut ada empat point utama yang menjadi pertimbangan MUI mengharamkan umat Islam merayakan hari Valentine. Pertama, kegiatan Valentine bukan tradisi Islam. Kedua, di dalam kegiatan Valentine banyak hal yang bisa mengarah pada perbuatan tidak baik.

“Jadi misalnya ada praktik pergaulan bebas dan sebagainya, berarti kita mendorong ke sana,” kata dia.

Ketiga, kata Ainul, MUI harus berperan ikut menutup segala hal yang berpotensi pada keburukan pada perayaan Valentine.

“Keempat tidak boleh ikut menyiarkan sesuatu yang menimbulkan keburukan tadi,” lanjutnya.

Oleh karena itu, pihaknya menganjurkan umat Islam tidak turut serta merayakan dan ikut dalam nuansa kegembiraan perayaan hari Valentine.

jika ada pemuda-pemudi Muslim ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka mereka telah ikut-ikutan melakukan penyembahan dan pengagungan ajaran mereka. Hal ini di dalam ajaran Islam sudah termasuk perbuatan musyrik atau mempersekutukan Allah SWT, yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Apakah kita mau mengorbankan keridhoan dan kasih sayang dan cinta Allah yang sebenarnya dengan kemurkaan-Nya  hanya gara-gara ikut-ikutan merayakan Hari Valentine yang berisi kesenangan yang sangat sedikit tersebut??  Rasulullah saw telah bersabda: Barangsiapa mengikuti suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum itu (HR. Abu Daud & Ahmad)

Jadi,… ''Tidak semua yang kita anggap baik dan kita senangi itu bagus dan bermanfaat untuk kita, bahkan bisa jadi membahayakan dan merugikan kita. Allah Swt berfirman:

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah 216).  Wallohu a’lam.

Demikian, semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar dan diridhoi-Nya, serta melindungi kita dari segala tipu daya syetan dan bala tentaranya, baik yang dari golongan jin maupun yang dari golongan manusia. Amin.

Maha Suci Engkau Ya Tuhan kami, dan segala puji hanya milikMu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan aku bertaubat kepadaMu.

---------------

Sumber

https://historia.id/kultur/articles/asal-usul-hari-valentine-DbaQ6

http://www.immanta.com/immantanews/immantaarticles/209-sejarah-hari-valentine.html

https://mionaga.blogspot.com/2013/02/say-no-to-valentines-day.html?showComment=1581650846009&m=1#c8456991541771269537

https://www.google.com/amp/s/www.indozone.id/amp/9DsZJn/ternyata-ini-alasan-kenapa-valentine-identik-sama-coklat-warna-pink

http://www.nusantaranews.net/2020/02/valentine-day-dan-serangan-4f.html?m=1

https://m.kumparan.com/amp/kumparannews/mui-jatim-umat-islam-haram-rayakan-hari-valentine-1spHQMXW3yj

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pmvdqm282

http://iqballl10.blogspot.com/2013/02/larangan-merayakan-valentine-days.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar